Awal Mula: Memilih Jalur yang Tepat
Setahun lalu, di tengah pandemi yang memaksa kita semua beradaptasi, saya menemukan diri saya terjebak dalam rutinitas kuliah online yang monoton. Dengan kursus-kursus tatap muka yang tiba-tiba dibatalkan, semester baru dimulai dengan lonceng virtual. Saya masih ingat rasa cemas di perut saya ketika melihat tampilan Zoom pertama kali; rasanya seperti berdiri di tepi jurang tanpa tahu apa yang menanti di bawah. Apakah ini akan menjadi penghalang atau justru peluang? Saya merasa terombang-ambing antara harapan dan ketidakpastian.
Menjadi mahasiswa bukanlah hal yang mudah pada umumnya, tetapi belajar secara online menambahkan layer tantangan tersendiri. Interaksi sosial dipangkas habis-habisan; kelas sering kali terasa sepi meski layar penuh dengan wajah teman-teman sekelas. Di sinilah konflik pertama muncul: kehilangan motivasi untuk belajar dan berpartisipasi aktif dalam diskusi daring.
Mencari Kembali Semangat Belajar
Setelah beberapa minggu berjalan dengan pola belajar yang sama, saya mulai merasa hilang. Suatu hari, saat tengah mengikuti sebuah kelas tentang pemasaran digital, saya mendengar pengajar berbicara tentang pentingnya terus-menerus belajar dan berkembang meskipun dalam kondisi terbatas. Saat itulah saya memutuskan untuk mencari alternatif—kursus online tambahan dari platform lain.
Saya menghabiskan malam-malam mencari kursus-kursus menarik sesuai minat dan keahlian yang ingin saya kembangkan. Dari pengolahan data hingga desain grafis—semua tampak menarik. Saya akhirnya memilih kursus singkat mengenai analisis data dari Des Education, sebuah platform edukasi daring yang dikenal dengan pendekatan praktikalnya.
Pembelajaran dan Tantangan Baru
Kursus tersebut bukan hanya memberikan pengetahuan baru tetapi juga memberikan suasana pembelajaran yang berbeda. Setiap modul dirancang interaktif dengan video, kuis, dan proyek kecil sebagai tugas akhir setiap sesi. Jujur saja, awalnya sangat sulit untuk membagi waktu antara kuliah utama dan kursus ini; kadang kala jam tidur tergantikan oleh laporan tugas.
Saya merasakan tekanan nyata saat harus menyelesaikan tugas akhir—menganalisis dataset besar sambil memastikan bahwa tidak ada kesalahan analitis terjadi. Ada satu malam ketika jari-jari saya mengetik frustasi pada keyboard; tidak dapat menemukan pola dalam angka-angka itu membuat kepala saya terasa berat.
Tapi kemudian datang momen pencerahan saat menyadari bahwa tantangan ini adalah bagian dari proses belajar itu sendiri. Saya mulai menerapkan teknik-teknik baru setiap kali menghadapi kebuntuan: menggambar mind map atau menjelaskan konsep kepada teman secara daring membantu memperkuat pemahaman saya sendiri.
Kemenangan Kecil dan Pembelajaran Besar
Akhir semester tiba juga membawa hadiah manis bagi kerja keras ini: nilai tinggi pada tugas akhir! Namun lebih dari sekadar angka, hal itu memberi kepercayaan diri baru bagi diri saya sebagai mahasiswa. Rasanya seperti mendapatkan kembali kendali atas pendidikan di tangan sendiri melalui pilihan-pilihan proaktif.
Pembelajaran terbesar bagi saya selama masa sulit ini adalah tentang fleksibilitas mental dan pentingnya menemukan cara baru untuk tetap terhubung dengan materi pelajaran serta komunitas pembelajar lainnya—walau hanya melalui layar komputer kami masing-masing.
Kesimpulan: Diri Baru Dalam Proses Belajar
Sekarang setelah hampir satu tahun menjalani kuliah online penuh waktu ditambah eksplorasi kursus tambahan, rasanya perjalanan ini telah membentuk pandangan baru dalam hidup akademis saya. Keputusan untuk mengambil langkah ekstra tersebut tidak hanya memperkaya pengetahuan tetapi juga menemukan kembali semangat intrinsik untuk belajar bahkan ketika keadaan sangat tidak ideal.
Dari pengalaman ini, satu hal pasti bahwa dunia pendidikan—terutama saat dilalui secara virtual—memerlukan keterbukaan terhadap perubahan serta keberanian untuk keluar dari zona nyaman demi pertumbuhan pribadi dan akademis lebih jauh lagi.